Rahasia Untuk Menciptakan Lingkungan Kerja Yang Menyenangkan

image : https://www.associationofprofessionalsales.com/wp-content/uploads/Good-habits-arrow-6x4.jpg
Kita kerap berpikir bahwa lingkungan kantor haruslah tegas dan kaku. Namun, benarkan demikian? Padahal, kebahagiaan adalah kunci keberhasilan. Banyak perusahaan yang terlalu kaku menegakkan aturan yang kaku dan menciptakan budaya kerja yang penuh tekanan untuk mencapai keberhasilan secara financial. Namun, sebuah penelitian terbaru mengenai psikologi positif dalam organisasi menunjukkan bahwa budaya lingkungan yang tegang dan tegas tidak hanya berbahaya bagi produktivitas perusahaan. Sebaliknya, sebuah lingkungan ynag positif justru akan menghasilkan efek yang luar biasa bagi pengusaha, karyawan, maupun kinerja perusahaan.
Meskipun ada asumsi bahwa stress dan tekanan akan memaksa karyawan untuk bekerja lebih baik dan lebih cepat, namun penelitian menunjukkan bahwa budaya kerja yang tegang dan tegas justru menyimpan resiko tersembunyi yang justru dapat menghabiskan biaya yang besar. Berikut adalah beberapa di antaranya:
1. Biaya Kesehatan
Menurut penelitian, biaya pemeliharaan kesehatan di perusahaan-perusahaan dengan tingkat stress tinggi hampir 50% lebih besar disbanding perusahaan lainnya. American Psychological Association memperkirakan bahwa:
- Nilai uang yang ditarik dari perputaran ekonomi Amerika Serikat akibat stress di tempat kerja lebih dari $500 juta
- Sekitar 550 juta hari kerja hilang setiap tahunnya akibat stress di tempat kerja
- Sekitar 60 hingga 80% kecelakaan di tempat kerja terjadi akibat stress
- Lebih dari 80% kunjungan ke dokter terjadi akibat stress
Stress di tempat kerja ditemukan berhubungan dengan sejumlah penyakit, mulai dari sindrom metabolik hingga penyakit kardiovaskuler, dan bahkan kematian.
Bahkan, stress karena memikirkan jabatanpun erat kaitannya dengan penyakit dan kematian. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa, semakin rendah jabatan seseorang, semakin tinggi resiko untuk mengalami penyakit kardiovaskuler dan bahkan kematian akibat serangan jantung. Penelitian skala besar oleh Anna Nyberg di Karolinska Institute dan melibatkan sekitar 3.000 karyawan menemukan adanya hubungan yang kuat antara perilaku pemimpin dengan penyakit jantung pada karyawan. Boss yang kerap menimbulkan stress sangat buruk bagi kesehatan jantung.
2. Resiko Ketidakpatuhan
Meskipun lingkungan kerja yang tegang dan kaku serta budaya takut dapat menjamin terciptanya keterpaduan untuk beberapa saat, penelitian menunjukkan bahwa stress yang muncul di lingkungan kerja seperti ini dapat menciptakan perpecahan dalam jangka panjang. Keterpaduan di tempat kerja berkaitan dengan perasaan dihargai, perasaan dilindungi, perasaan diberi dukungan, dan perasaan dihormati. Di lain pihak, situasi ini justru berkaitan dengan stress yang tinggi, yakni budaya tegang dan kaku.
Perpecahan sangat merugikan. Menurut sejumlah penelitian di Queens School of Business dan Gallup Organization, pekerja yang tidak bisa mengiringi budaya organisasi tersebut berpeluang 37% lebih tinggi untuk bolos kerja. Pada karyawan seperti ini, resiko kecelakaan 49% lebih tinggi, dan resikon kesalahan dan cacat pekerjaan hingga 60% lebih tinggi. Perusahaan dengan tingkat kepatuhan karyawan yang rendah menunjukkan:
- Tingkat produktivitas 18% lebih rendah
- Tingkat profitabilitas 16% lebih rendah
- Tingkat pertumbuhan pekerjaan 37% lebih rendah, dan
- Harga saham 65% lebih rendah.
Sebaliknya, perusahaan dengan tingkat kepatuhan karyawan yang tinggi menyediakan 100% lebih banyak peluang pekerjaan.
3. Kurangnya Loyalitas
Penelitian menunjukkan bahwa stress di tempat kerja dapat meningkatkan peluang pergantian karyawan hingga 50%. Karyawan akan mencari peluang di pasar kerja, menolak promosi, atau bahkan mengundurkan diri. Akibat pergantian karyawan yang tinggi, dibutuhkan banyak biaya untuk rekrutmen karyawan baru maupun pelatihan, belum lagi kerugian akibat produktivitas yang rendah serta kurangnya keahlian karyawan baru. The Center for American Progress memperkirakan bahwa penggantian satu orang karyawan saja menghabiskan sekitar 20% dari gaji karyawan tersebut.
Oleh sebab itu, perusahaan mulai menyediakan berbagai fasilitas untuk karyawan, mulai dari bekerja di rumah hingga menyediakan gym di kantor. Namun, masih banyak yang gagal untuk memperhitungkan hasil penelitian. Jajak pendapat yang dilakukan Gallup menunjukkan bahwa meskipun perusahaan menyediakan tunjangan seperti waktu kerja fleksibel atau peluang untuk bekerja dari rumah, kesejahteraan yang didasarkan kebersamaan adalah di atas segalanya. Karyawan lebih menyukai lingkungan kerja yang sehat dibanding tunjangan secara materil.
Lingkungan kerja yang sehat berasal dari satu hal, dan hanya satu hal: yakni, budaya yang positif. Untuk menciptakan suatu budaya yang positif dan sehat, ada beberapa prinsip yang perlu dipertimbangkan. Penelitian yang dipublikasikan di Pyschologytoday menunjukkan bahwa suatu budaya kerja yang positif memiliki enam karakteristik utama, yakni:
- Saling memperhatikan dan menjaga, serta bertanggung jawab terhadap rekan kerja sebagai sahabat;
- Saling mendukung satu sama lain, seperti memberi bantuan ketika orang lain sedang kesulitan
- Tidak saling menyalahkan, dan saling memaafkan kesalahan orang lain
- Saling berbagi inspirasi satu sama lain
- Menekankan pentingnya makna dari setiap pekerjaan
- Memperlakukan satu sama lain dengan penuh rasa hormat, rasa percaya, dan integritas
Sebagai seorang pimpinan atau rekan kerja, bagaimana cara anda menerapkan prinsip-prinsip tersebut. Penelitian merekomendasikan empat tahap yang bisa anda coba:
1. Mendorong Terbentuknya Ikatan Sosial
Sejumlah penelitian empiris menunjukkan bahwa ikatan sosial yang positif di tempat kerja menunjukkan hasil yang sangat baik. Misalnya, karyawan lebih jarang sakit, sembuh dua kali lipat lebih cepat setelah operasi, dan lebih jarang mengalami depresi. Mereka juga belajar lebih cepat dan mengingat sesuatu lebih lama, lebih kuat menahan sakit dan rasa tidak nyaman, menunjukkan ketajaman mental yang lebih baik, serta menunjukkan kinerja yang lebih baik.
Sebaliknya, penelitian yang dilakukan oleh Sarah Pressman dari University of California, Irvine, menemukan bahwa kemungkinan kematian dini 20% lebih cepat pada karyawan dengan berat badan lebih, 30% lebih tinggi pada orang yang minum alcohol berlebihan, dan 50% lebih tinggi pada perokok. Bahkan, kemungkinan kematian dini 70% lebih tinggi pada orang yang tidak memiliki hubungan social yang baik. Tempat kerja dengan stress tingkat tinggi mempengaruhi hubungan sosial karyawan, dan pada akhirnya, mempengaruhi usia harapan hidup mereka.
2. Menunjukkan Empati
Sebagai seorang pimpinan atau rekan kerja, gaya kepemimpinan anda sangat mempengaruhi perasaan karyawan. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa, ketika seorang karyawan diminta mengingat boss yang tidak baik atau tidak memiliki empati, mereka menunjukkan aktivasi di area otak yang berkaitan dengan emosi negatif. Hal sebaliknya terjadi ketika mereka mengingat boss yang penuh empati.
Selanjutnya, Jane Dutton dan rekan-rekannya di Compassion Lab University of Michigan menyatakan bahwa pimpinan yang berempati kepada karyawan dapat menciptakan suasana yang menyenangkan di saat-saat yang sulit.
3. Mencari Cara untuk Membantu
Pernahkah seorang manajer, rekan kerja, atau mentor bersusah-payah untuk membantu anda, meski sebenarnya ia tidak harus melakukannya? Anda tentunya akan tetap loyal pada orang seperti ini, bukan? Jonathan Haidt dari Stern School of Business di New York University menemukan hal ini dapat penelitian. Menurut penelitian yang ia lakukan, ketika seorang pemimpin tidak hanya adil namun juga mau berkorban untuk bawahannya, maka karyawan akan tergerak hatinya dan terinspirasi untuk loyal dan berkomitmen. Akibatnya, mereka juga akan mecari cara untuk membantu dan bersikap ramah kepada karyawan lain, sehingga terciptalah suatu siklus yang saling menguatkan.
Daan Van Knippenberg dari Rotterdam School of Manajemen menunjukkan bahwa karyawan di perusahaan dengan budaya yang saling menguatkan akan lebih kooperatif karena mereka percaya kepada pimpinannya.
4. Mendorong Karyawan untuk Berkomunikasi dengan Anda
Kinerja karyawan akan lebih baik jika mereka percaya kepada pimpinannya. Karyawan merasa aman, bukannya merasa takut. Menurut penelitian tentang keamanan psikologis yang dilakukan Amy Edmondson dari Harvard, budaya aman tercipta ketika pimpinan merangkul semua orang, rendah hati, dan mendorong karyawannya untuk berbicara atau meminta bantuan. Pemimpin seperti ini dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang lebih baik serta mendorong kinerja karyawan.
Dibandingkan budaya takut yang berakibat negatif, rasa aman di tempat kerja justru akan mendorong semangat untuk bereksperimen dan berinovasi. Menurut Kamal Birdi dari Sheffield University, pemberdayaan yang dipadukan dengan pelatihan dan kerja sama yang baik akan menghasilkan kinerja yang lebih unggul.
Ketika anda tahu bahwa pemimpin berkomitmen untuk menerapkan nilai-nilai berdasarkan hubungan baik antar-sesama, berarti ia sedang menciptakan suasana yang baik untuk organisasi secara keseluruhan. Dalam tulisannya Give and Take, Adam Grant (seorang professor di Wharton) menunjukkan bahwa pemimpin yang baik dan murah hati adalah prasyarat untuk menciptakan tim dan organisasi yang efektif. Sebaliknya, suasana yang keras erat kaitannya dengan kesehatan karyawan yang buruk.
Kesimpulan
Sebagai kesimpulan, lingkungan kerja dengan budaya yang positif adalah kunci sukses sebuah organisasi. Suasana yang positif akan mendorong terbentuknya komitmen dan kebersamaan, dan pada akhirnya akan meningkatkan kinerja perusahaan secara keseluruhan. Jika karyawan merasa bahagia, semua aspek dalam operasional perusahaan akan lebih baik dan pelayanan kepada konsumen menjadi lebih baik.
Dengan kata lain, suatu budaya yang sehat, menyenangkan, dan saling menjaga di tempat kerja tidak hanya meningkatkan produktivitas karyawan, namun juga meningkatkan rasa nyaman dan kepuasaan klien. Budaya yang positif mencegah timbulnya pengalaman negatif, seperti stress, sehingga karyawan akan mampu menghadapi tantangan dan kesulitan. Sementara itu, kesehatan mereka juga terjaga. Pada akhirnya, karyawan akan lebih setia kepada pemimpin dan organisasi secara keseluruhan.
Sumber:
https://www.psychologytoday.com/us/blog/feeling-it/201512/the-best-kept-secrets-the-happiest-workplaces